BERITA BEKASI – Kementerian Pertanian Pusat melalui Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, mendistribusikan sekitar 173 ton benih padi melalui Program Peningkatan Intensitas Pertanaman (PIP) guna untuk meningkatkan Intensitas Pertanaman (IP) di 18 Kecamatan dikeluhkan para petani.
Pasalnya, bantuan tersebut sampai dengan hari ini belum juga diterima Petani dibeberapa Kecamatan yang ada di Kabupaten Bekasi, hanya Kecamatan Sukakarya yang menerima bantuan dari Kementan tersebut.
Kepada awak media, Jejen salah seorang petani yang tergabung dalam Penggerak Gotong Royong (PGR) mengatakan, soal pendistribusian benih padi dari Kementan melalui Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi yang terdampak banjir belum juga terealisasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Janji lagi janji lagi Bang, sampai saat ini belum juga terealisasi,” keluh Jejen di kantor Desa Jayabakti, Senin (10/4/2023) sore.
Menurut Jejen, Ketua PGR Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi berjanji akan memberikan bantuan benih padi ke-14 Kecamatan yang terdampak banjir diwilayah Kabupaten Bekasi seluas 10.490 hektar.
“Termasuk petani di Kecamatan Cabangbungin namun sampai saat ini belum juga tersalurkan,” ulas Jejen.
Lucunya, kata Jejen, Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi mengklaim sudah menyalurkan bantuan benih padi ke para petani yang terdampak banjir di Kabupaten Bekasi sebanyak 25 ton, tapi kenyataannya hanya wilayah Kecamatan Sukakarya.
“Ini jelas Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi sudah melakukan pembohongan public. Mana hannya wilayah Kecamatan Sukakarya,” tegasnya.
Diungkap Jejen, pada tanggal 27 Februari sampai 10 Maret 2023 telah terjadi banjir dan merendam areal pesawahan para petani di wilayah Kabupaten Bekasi, khususnya Kecamatan Cabangbungin, Sukakarya, Pebayuran, Sukawagi dan Babelan.
Oleh karena itu, sambung Jejen, kami atas nama petani Tim Penggerak Gotong Royong (PGR) wilayah Utara Kabupaten Bekasi yang pertama meminta khususnya Menteri Pertanian Rebublik Indonesia untuk berhenti.
“Kedua, kami juga meminta kepada Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi dievaluasi diganti dengan peremajaan yang baru,” jelas Jejen kecewa.
Terpisah, Konan (65) warga Desa Jayabakti, berharap agar Pemerintah bisa membantu para petani disaat tanaman dan persemaian petani rusak akibat banjir. Ia meminta selain membantu benih juga meminta bantuan pupuk karena para petani sudah mengalami rugi biaya dan keterlambatan panen.
“Satu hektar itu biaya sampai Rp2,5 juta perhektar saya menggarap sawah satu hektar setengah jadi dobel biayanya kalau kebanjiran. Harapan saya Pemerintah jangan hanya janji doang,” pungkasnya.
Sampai dengan berita ini diturunkan Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat belum dapat dikonfirmasi. (Mul/Mad)