BERITA BEKASI – Albert Francis orang tua dari pasien anak yang tidak sadarkan diri setelah operasi amandel mengungkapkan, sebelum dibawa ke RS Kartika Husada Jatiasih, Kota Bekasi anaknya dahulu dibawa ke Puskesmas.
Namun, dari Puskesmas diberikan rujukan ke RS. Kartika Husada Jatiasih, karena kedua anaknya memiliki penyakit amandel. Setelah datang ke RS. Kartika Husada Jatiasih benar bahwa kedua anaknya memiliki amandel dan harus dioperasi.
“7 September 2023, saya bawa kedua anak saya ke RS. Kartika Husada, karena dapat rujukan dari Puskesmas dan ketemu dokter THT. Hasil pengecekan, kedua anak saya yang pertama dan kedua amandel,” kata Albert.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tapi, sambung Albert, awal dicek anak saya yang kedua punya keluhan ditelinga dan sering batuk pilek yang tidak sembuh-sembuh dan ternyata masih berkaitan dengan penyakit amandelnya.
Kemudian, lanjut Albert, dilakukanlah perawatan pada Kamis 14 September 2023 di RS. Kartika Husada karena akan dilakukan tindakan atau operasi pada Senin 19 September 2023.
Ternyata setelah dilakukan tindakan atau operasi anak kedua yang operasi amandelnya dilakukan lebih dulu, dua hari tidak sadarkan diri. Parahnya, orang tua tidak diberitahu. Sedangkan anak pertama yang operasinya dilakukan setelah anak kedua sudah selesai.
“Saya sempat menanyakan ke pihak dokter penanggung jawab dan tidak dijelaskan secara detail. Kita minta rekam medik sebagai hak kita, itu kita tidak dikasih tahu. Sampai dua hari setelah operasi, anak saya tidak sadar, baru kita dikasih tahu,” ucapnya.
Hingga saat ini anaknya masih tergolek lemah di RS Kartika Husada. Dan pihak dokter beberapa hari kemudian mengatakan bahwa anak keduanya mengalami batang otak mati, sehingga anaknya harus masuk ruang ICU pada Jum’at 22 September 2023 lalu.
Hingga saat ini, anak keduanya tidak sadarkan diri di ruang ICU. Bahkan sang anak tidak dapat merespon apapun dan bernapas lewat bantuan alat.
“Kita kecewa dengan manajemen RS. Kartika Husada yang tidak menjelaskan. Kita minta rujukannya pun tidak diberikan. Kita minta rujukan ingin cari Second Opinion di RS lain bener ngak sih anak saya begini,” ungkap Albert.
“Karena anak saya hanya operasi ringan amandel. Anak saya yang pertama berhasil, kenapa anak kedua yang dioperasi duluan malah berakhir dengan diagnosa mati batang otak,” tambahnya bingung.
Sekarang sudah hari ke-8, ia mengaku, sudah empat kali melakukan pertemuan dengan pihak RS. Kartika Husada. Anehnya ketika dirinya meminta rekam medik putranya, pihak RS selalu berkelit dengan berdalih harus rapat manajemen terlebih dahulu.
Setiap pertemuan juga dirinya tidak dipertemukan dengan sang dokter penanggungjawab, melainkan hanya dipertemukan dengan pihak Humas dan Kepegawaian Rumah Sakit (RS) Kartika Husada.
Hal tersebut menyebabkan dirinya tidak mendapatkan informasi yang utuh. Maka dari itu, dirinya mempertanyakan tindakan dari RS Kartika Husada. Kenapa anaknya datang sehat dengan hasil diagnosa hanya amandel kemudian setelah mendapat tindakan operasi amandel, anaknya malahan didiagnosa mati batang otak.
Hingga saat ini dirinya tidak mendapatkan penjelasan apapun dari RS. Kartika Husada Jatiasih. Apalagi saat melakukan operasi kita diminta datang pagi pukul 5 dan pukul 12 baru dilakukan tindakan. Harusnya kalau mau operasi sehari sebelumnya datang dan hari berikutnya dilakukan operasi.
“Kalau ini tidak, pagi datang lantas siangnya langsung operasi. Ternyata saat operasi, anak saya langsung diambil begitu saja tanpa sepengetahuan istri saya yang saat itu sedang mandi. Kita meminta pertanggungjawaban dari RS. Kartika Husada. Karena anak saya keduanya sehat saat datang ke rumah sakit, kenapa setelah operasi amandel malah didiagnosa mati batang otak,” pungkasnya kecewa. (Indra)