BERITA JAKARTA – Memenuhi undangan Refly Harun advokat vokal dan mantan US Banker Alvin Lim, SH, MH, MSc, CFP, CLA berbicara tentang KM50 dan Duren Tiga, bagaimana bukti rusaknya tatanan hukum di kepolisian dan hancurnya garda terakhir pencari keadilan di Indonesia.
Dalam kasus KM 50, Alvin Lim menjelaskan sebagai praktisi hukum, harus objectif, dimana tidak boleh melihat siapa korban dalam penegakkan hukum sesuai asas equality before the law.
“Saya bukan Islam dan bukan simpatisan FPI, tapi dalam kasus KM50 bukanlah penegakan hukum melainkan penyelewengan, pelecehan hukum (obstruction of justice) dan peristiwa pelanggar HAM yang terjadi,” kata Alvin, Rabu (24/8/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kita, sambung Alvin, harus fair dalam menilai dan melepaskan segala kepentingan politik. Jika tidak hukum bukan menjadi instrumen pemberi keadilan melainkan menjadi alat penguasa untuk menekan rakyat.
Alvin Lim menegaskan, bahwa dirinya tidak mencari popularitas dan bahkan dari berbicara lantang sudah menerima intimidasi dari kepolisian berupa puluhan laporan polisi untuk membungkamnya. Namun, kita harus melihat secara bijak.
“Saat ini Indonesia butuh saya, butuh anda untuk berbicara, berjuang dan berpartisipasi demi kebaikan bangsa. Saya jenuh dengan sistem hukum yang korup dan manipulatif, saya yakin banyak masyarakat lain berpikir sama karena pernah mengalami,” jelasnya.
Dirinya ingin, lanjut Alvin, Indonesia maju seperti kata Presiden Jokowi. Ia bukan mau melawan penguasa, hanya ingin bicara vokal terus terang agar Pemerintah tahu dimana mesti memperbaiki. Bersatu, berhentilah mengunakan istilah kadrun, kecebong, kampret dan binatang lainnya.
“Tuhan menciptakan manusia diatas binatang, karena kita diberi akal dan budi pekerti yang baik mengapa kita terbuai dengan akal divide et impera, dari oknum yang sengaja mau memecah belah persatuan di Indonesia,” imbuhnya.
Sudahi perseteruan dan segala perselisihan serta hilangkan istilah binatang, karena kita semua sama-sama Putra Putri Bangsa Indonesia dan Indonesia sedang darurat hukum. Presiden, Kapolri, DPR butuh sumbangsih, tenaga dan pikiran kita.
“Kita sedang berjuang melawan penjajah masa kini, bangsa kita sendiri. Dalam setiap perjuangan, pasti ada pengorbanan, butuh prajurit yang siap memberikan tenaga dan waktu bukan hanya kritik,” ucapnya.
Mari kita luangkan pikiran dan tenaga untuk mencari solusi dan beri masukan ke Pemerintah dan berikan dukungan ke Pemerintah yang ada. Ia mengaku, sedang merangkul dan mencari para pejuang yang satu visi terlepas dari Suku, Agama, Ras dan kubu mana?.
“Saya sedang mengumpulkan dan ingin berbicara dengan pentolan FPI, FBR, Muhamadiyah, NU, pengacara serta pengusaha keturunan dan pentolan minoritas dan aktifis sipil yang hatinya tergerak demi Indonesia Bersatu,” ungkapnya.
Pada intinya, tambah Alvin, mereka semua sayang dan cinta kepada Indonesia, istilah kadrun, cebong, arab, cina, kafir inilah yang menjauhkan mereka dari persatuan.
“Insyaallah, jika Indonesia bersatu, maka akan mudah kita menghadapi masalah ekonomi dan menghadapi resesi yang mengintai. Kita dukung Pemerintah yang sah, untuk membenahi dan koreksi,” pungkas Alvin. (Sofyan)