BERITA BEKASI – Tahun ke-2 pada periode ke-2 kepemimpinan Walikota Bekasi, Rahmat Effendi, dilewati dengan penuh optimisme. Buktinya, kota mitra Ibu Kota Negara ini telah lima kali meraih Opini Wajar Tanpa Pengecualiaan (WTP), dalam hal laporan keuangan daerah.
“Artinya, hampir setiap tahun sejak Rahmat Effendi mempimpin Kota Bekasi, berhasil mendorong Aparatur Sipil Negara yang dipimpinnya bekerja dengan mengedepankan prinsip transparansi dan akuntabilitas,” kata Pengamat Kebijakan Publik Institut Bisnis Muhammadiyah (IBM) Bekasi, Hamluddin kepada Matafakta.com, Senin (21/9/2020).
Menurut Hamluddin, Rahmat Effendi memiliki karakter politik yang kuat. Meski kerap diterpa isu konflik, baik dilingkungan Pemerintah Daerah maupun Partai Politik, namun kepemimpinannya tidak goyah. Bersama Wakilnya, Rahmat Effendi berhasil membangun harmonisasi kerja yang sangat baik, seperti dengan Ahmad Syaikhu pada periode pertama dan dengan Tri Adhianto, pada periode kedua saat ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Menurut saya, tantangan terbesar Walikota Bekasi Rahmat Effendi justru datang dari ‘dirinya sendiri’. Tantangan itu berupa harapan atau cita citanya yang besar membangun kota kelahirannya dalam waktu cepat melampaui masa jabatannya,” ungkapnya.
Mari kita lihat aksi Rahmat Effendi dalam merespons masalah sosial, pandemi Covid-19. Ia bersama Wakilnya, Tri Adhianto berjibaku memutus sebaran virus Corona seperti tidak mengenal resiko terpapar. Kerjanya makin berat karena harus membereskan kepatuhan masyarakat pada protokol kesehatan yang secara umum rendah.
Disektor lain, penguatan orientasi sebagai kota investasi masih menjadi fokus pembangunan dalam mendorong kesejahteraan warganya. Sebagaimana telah ia canangkan dalam visi misi pembangunan sebagai janji politik; menciptakan Kota yang Cerdas, Kreatif, Maju, Sejahtera dan Ihsan.
Menggerakkan roda pembangunan tidaklah mudah di masa saat ini, di mana semua elemen penggerak diminta untuk diam. Sementara tuntutan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terus bertambah. Lanju inflasi berbanding lurus dengan daya beli rendah.
“Resiko bertambahnya jumlah pengangguran karena banyaknya pemutusan hubungan kerja atau perusahaan merumahkan karyawannya, adalah satu faktor melemahnya ekonomi masyarakat. Kerawanan sosial adalah dampak akhir yang mesti dicegah,” paparnya.
Sejatinya, Rahmat Effendi telah memiliki formulasi untuk merespons berbagai persoalan sosial di atas. Masalahnya, masyarakat Kota Bekasi amat heterogen, sehingga solusi atas satu masalah tidak bisa melingkupi seluruh kelompok masyarakat yang beragam itu.
“Ia tetap harus hati hati dalam mengambil keputusan yang bersifat cepat. Saat ini masyarakat sedang memasuki vase kejenuhan, sehingga sentuhan humanis patut dikedepankan dengan menununjukkan banyak empati dan hadir dalam ketahanan keluarga setiap rumah tangga,” imbuhnya.
Dengan begitu, tambah Hamluddin, pembangunan sumberdaya manusia terus berjalan. Begitupula harapan semua masyarakat Kota Bekasi untuk memiliki kemandirian kuat hingga berdaya secara ekonomi dan sosial, dapat terwujud.
“Pada akhirnya, saya mengucapkan selamat atas kepemimpinan Rahmat Effendi bersama Tri Adhianto yang telah berjalan dua tahun, atas semua capaiannya. Kepemimpinan yang akan terus membuka mata dan telinga untuk warganya, untuk harapan yang belum tercapai. Dan, untuk itu kita mesti percaya keduanya,” pungkas Hamluddin. (Edo)