BERITA SEMARANG – Wakil Ketua Aptrindo Jateng & DIY, Bambang Widjanarko menyatakan, sejauh ini seluruh anggota (200 anggota Aptrindo Jateng & DIY) masih tetap berusaha untuk menjalankan usahanya ditengah wabah pandemi virus Corona atau Covid-19.
Meski harus mencari order muatannya lama dan jarang sekali (kalau sudah berangkat, pulangnya jarang ada muatan lagi), namun mereka belum ada yang membicarakan tentang kebangkrutan (gagal bayar).
Bahkan pihaknya mengaku kini masih berusaha mengumpulkan tabungan untuk membayar THR dahulu, meski setelah itu belum tahu apa yang akan dilakukan jika Covid-19 belum berhenti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Beberapa anggota memang sudah ada yang mengajukan insentif berupa penundaan pembayaran leasing, namun belum semuanya mendapat jawaban tegas dari pihak leasing,” kata Bambang di Semarang, Sabtu (18/4/2020).
Dikatakannya, persoalan baru yang muncul adalah masalah keamanan. Pasalnya banyak para begal dan preman yang semakin berani dan meminta upeti di jalanan yang sudah dialami oleh beberapa transportir, meski tidak semua.
Namun Bambang merasa yakin selama ini pihak keamanan khususnya Polda Jateng bisa menguasi keadaan di jalanan.
“Saat ini pola jalannya diharapkan dengan konvoi berbondong-bondong. Jika perlu untuk muatan barang tertentu minta pengawalan khusus. Dalam pengawalan khusus ini tentunya biaya ditanggung bersama dengan pemilik barang,” ujarnya.
Karena saat ini sambung Bambang, kami tidak bisa menuntut macam-macam dari Pemerintah, karena tidak satu negara pun yang siap menghadapi pandemi seperti sekarang ini.
“Ya, terpaksa kita semua harus bertahan dengan cara sendiri-sendiri. Namun yang luar biasa adalah semakin terlihatnya kebersamaan antar sesama di masa sulit ini,” ungkap Bambang.
Menurut Bambang, yang menjadi kekhawatiran para pengusaha truk anggota Aptrindo adalah, bagaimana nasib para sopir dan kernet, jika keadaan berlarut-larut sampai lama.
“Kami sulit sekali jika sampai harus mendengar ada sopir atau kernet yang sampai tak bisa makan. Hal inilah yang menjadi titik berat usaha kami untuk memastikan tidak ada sopir dan kernet yang kelaparan. Bagaimana pun juga mitra yang paling setia dan duta perusahaan di waktu normal adalah mereka,” imbuh Bambang.
Diungkapkan Bambang, utilisasi sekarang tinggal 40 persen, jangan sampai jadi 10 persen. Kerawanan di jalan saat ini jadi sangat sulit diduga, bukan pada spot-spot tertentu saja. Saat ini yang paling kuat ya BUMN.
“Pembayaran ongkos muat barang BUMN masih seperti biasa terminnya. Kalau Perusahaan Swasta sudah molor-molor ngak karuan, meski demikian tetap dimuat, dari pada ngak ada utilisasi sama sekali,” jelasnya.
Dibayar berapa lama pun tambah Bambang, masih lumayan, pokoknya nantinya dibayar ketimbang truknya nganggur. Kata orang Jawa kan masih untung ada yang ngasih kerjaan.
“Untungnya hingga saat ini petugas Kelurahan masih berempati tidak me-lockdown sopir dan kernet yang pulang kerja. Ini sangat patut dihargai, supaya para sopir dan kernet tetap bisa beraktifitas,” pungkas Bambang. (Nining)
Biro Semarang